Jumat, 12 Maret 2010

tradisi minum teh ^_^

Darye adalah bentuk upacara teh tradisional yang dipraktikkan di Korea. Darye adalah etika minum teh atau tatacara minum teh yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Korea sejak ribuan tahun lalu.
Upacara teh Korea bermula dari upacara teh Tionghoa dari Tiongkok. Bagian terpenting dari tatacara teh ini adalah bahwa menikmati teh ala Korea dipraktikkan dalam suasana formal namun santai dan tenang.
Upacara teh korea selain dimaksudkan untuk menemukan ketenangan dan harmoni dalam cepat berubahnya masyarakat Korea, juga untuk meneruskan tradisi lama bangsa Korea.

Peralatan

Perangkat teh
Upacara teh Korea mengikuti perubahan musim dan memakai peralatan dari keramik dan metal yang beragam. Upacara keagamaan turut berperan penting. Perangkat yang umum dipakai adalah peralatan dari batu, sementara di provinsi-provinsi yang memiliki tungku keramik, lebih banyak menggunakan keramik.
Sejarahnya mangkuk dan cawan tercipta juga untuk keperkuan upacara agama. Seladon, keramik hijau dan buncheong, keramik berukir untuk upacara teh Buddhisme; keramik putih untuk ritual Konfusianisme dan keramik yang lebih kasar untuk upacara shamanisme. Juga ada khusus yang diekspor ke Jepang yang dinamakan gohan chawan. Kecantikan tekstur permukaan kaca tipis (teknik glasir) sangat dikagumi dan ditiru. Keserempangan dari kreasi ini disebutkan untuk menambahkan kesan “kenyataan dalam momen kini” oleh para ahli teh.
Teknik glasir sangat kaya akan tekstur dan variasi warna yang dapat berubah-ubah berdasarkan musim dan pengaruh cahaya. Tanah liat berwarna cerah terutama dipilih untuk membuat seladon. Teknik khusus dalam glasir dipakai untuk meniru berbagai macam gambar seperti pohon bambu, batu-batuan di aliran sungai, batang-batang pohon, kulit manusia, detail pada mata macan, bunga persik sampai ilustrasi salju dan goresan elegan pada keramik putih.
Gaya keramik dan teknik glasir berbeda-beda dari zaman ke zaman. Desain lama masih dilestarikan dan ekspor ke Jepang masih signifikan dari akhir abad ke-16 sampai kini. Pengrajin keramik Korea seperti 2 bersaudara Yi Sukkwang dan Yi Gyeong memperkenalkan teknik yang dikenal dengan “gaya Hagi”. Keramik Joseon (Joseon Hagi) pun sangat terkenal karena bermutu tinggi.
Peralatan teh pada musim panas tersusun atas mangkuk katade yang berukuran tinggi 5 cm dan lebar 12 cm. Ukurannya dibuat memiliki permukaan terbuka maksimal untuk mendinginkan air mendidih. Air panas yang dituangkan ke mangkuk dibiarkan sedikit mendingin, lalu dituangkan ke poci. Air sengaja didinginkan karena menuangkan air yang terlalu panas dengan daun teh akan akan membuat rasa teh lebih pahit. Dengan kedua tangan, teh dituangkan ke dalam cawan-cawan bertutup, yang diletakkan di atas meja pernis. Teh diminum dengan mengangkat cawan menutupi mulut agar tidak terlihat. Teh yang disajikan pun dingin.
Perangkat minum teh musim gugur dan musim dingin terbagi atas mangkuk yang lebih tinggi dan ramping (irabo), yang dapat mempertahankan kehangatan. Biasanya berbentuk spiral, dangkal dan bibir yang tinggi. Daun teh dicampur air panas di mangkuk lalu dituang ke dalam poci yang dihangatkan kemudian baru dituangkan ke masing-masing cawan bertutup. Teh disajikan panas, kemudian dituangkan sedikit demi sedikit dari cawan ke cawan supaya rasa teh tidak terkonsentrasi pada satu cawan.
Tidak seperti perangkat teh Tionghoa, tak satupun perangkat teh korea yang dinilai memiliki bunyi musikal yang unik. Penilaian lebih diberikan untuk bentuknya yang alami, warna serta emosi yang dikandungnya.

Jenis upacara teh

Para biksu Buddha di zaman Goryeo mengadakan upacara teh untuk keperluan persembahan keagamaan. Namun para bangsawan Konfusius (yangban) selanjutnya mengembangkan tatacara tersebut menjadi keindahan dan seni yang dapat dinikmati kalangan yang lebih luas.
Terdapat 15 jenis upacara teh penting yang diselenggarakan, namun yang paling umum adalah:
  • Tatacara teh harian – tatacara minum teh harian yang dikembangkan dari zaman Dinasti Joseon.
  • Tatacara teh khusus – tatacara minum teh yang diadakan untuk menyambut tamu negara dan acara pernikahan anggota keluarga kerajaan.
  • Tatacara teh ratu – acara minum teh yang hanya dinikmati ratu, keluarga dan teman-temannya
Malcha, bubuk teh hijau yang diasosiasikan dengan tatacara teh Jepang, juga digemari di Korea, terutama bagi para penganut Buddha. Konon, para biksu meminum teh malcha saat melakukan meditasi berhari-hari tanpa tidur. Malcha mengandung lebih banyak zat-zat bergizi dibanding teh biasa (ip-cha). Penikmat sejati teh disebut “da-in” (orang teh), yang mana menikmati manfaat dan filosofi kandungan teh. Dengan menyebarnya agama Kristen di Korea, di banyak kalangan masyarakat, tatacara teh sudah ditinggalkan.

Perkembangan kini

Upacara teh di zaman sekarang sebenarnya adalah restorasi dan kebangkitan dari budaya dan tatacara teh lama Korea. Dari yang serius dalam pengembalian nilai dan filosofi teh tradisional, pada tahun 1979, seorang master teh Korea, Myung Won dan putrinya Kim Mi-hee mengadakan penelitian dan konferensi akademis tentang budaya teh Korea. Lalu tahun 1980, ia mempraktikkan untuk pertama kalinya di depan publik tatacara dan prosedur upacara teh Korea di gedung Pusat Budaya Sejong, yakni tatacara teh istana, tatacara teh agama Buddha, tatacara teh menyambut tamu, dan tatacara teh harian. Pewaris tradisi yang direstorasi Myung Won adalah putri keduanya, Kim Eui-jung yang juga adalah master tatacara teh istana yang merupakan Aset Budaya Tak berbentuk nomor 27 Korea Selatan.
Dengan diketahuinya manfaat dan khasiat teh serta meningkatnya kesadaran tentang pelestarian budaya tradisional, semakin banyak kalangan masyarakat Korea yang mulai mempraktikkan tatacara teh tradisional.


Hayo.. hayooo... ada yang maw ciba kah???
kya'a cii seru tuh...
enak kali yah klo qta ikut upacara teh gni bareng sma artis" korea...
da Lee Min Ho, Gu Hye Sun, Kim Bum, So Eun, Song Hye Kyo, Rain, dll dehhh...
hihihi... =P




Tidak ada komentar:

Posting Komentar